
Dari Penjual Kosmetik Berlanjut Meniti Usaha Keripik
Dari Mojogedang, Karanganyar, Ibu Dita mulai dikenal di masyarakat berkat keripik gatot yang khas. Seorang ibu yang tak hanya cekatan sebagai pebisnis, tapi juga sebagai seorang ibu. "Marvel" adalah merek keripik yang diambil dari nama anaknya, harapannya agar nama tersebut terus melekat di hati banyak orang. Awalnya, Ibu Dita adalah penjual kosmetik sejak tahun 2012. Namun pada 2024, ia mulai merintis usaha keripik berbahan dasar gatot, singkong fermentasi khas Jawa, yang gurih dan khas.
Dari Satu Pesanan, Lahirlah Harapan
Awal mula usaha keripik gatot hadir tanpa rencana. Terbiasa menjual kosmetik dari rumah ke rumah, Ibu Dita mencoba membuat camilan sederhana. Tak disangka, tetangga yang mencicipi justru suka dan mulai memesan. Pesanan yang terus berdatangan membuatnya bersemangat. “Jadi ketagihan karena banyak orderan, ternyata bikin keripik itu bikin ketagihan,” ujarnya sambil tersenyum. Sejak itu, ia pun mulai menekuni produksi keripik gatot meski masih berskala rumahan.
Namun perjalanan tidak mudah. Karena tidak mencantumkan nomor telepon di kemasan, banyak pelanggan kesulitan memesan ulang. Usahanya juga masih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut tanpa media sosial. Musim hujan menjadi tantangan tersendiri, sebab tanpa alat pengering ia hanya bisa menjemur keripik di atas pawon tradisional. Segala keterbatasan ia hadapi dengan alat seadanya.
Semua mulai berubah setelah mengikuti pelatihan DIVA. Ibu Dita belajar menggunakan WhatsApp Business, promosi lewat media sosial, membuat pamflet, hingga menandai lokasi usahanya di Google Maps. Ia bahkan bisa mendesain sendiri lewat Canva dan mulai aktif promosi digital. “Orang jadi lebih mudah pesan karena ada nomor di kemasan. Produk juga jadi terlihat lebih profesional,” ujarnya dengan bangga.

Dari Kampung, Usaha Hebat Bisa Tercipta
Salah satu momen paling lucu bagi Ibu Dita terjadi saat post-test pelatihan. “Kita kan orang kampung, gaptek. Jadi, saat post tes itu, teman-teman spontan bilang ‘Ayo mbak, ndang garapno, garapno!’”. Padahal menurut Bu Dita, pelatihan ini untuk belajar bersama bukan untuk bersaing. Sehingga momen “garapno” itu terdengar lucu bagi beliau. Meskipun banyak peserta masih berusaha memahami, suasana pelatihan terasa hangat dan menyenangkan.
Suasana hangat itu membuat Ibu Dita semakin yakin, bahwa meskipun berasal dari kampung dengan segala keterbatasannya, bukan berarti tidak bisa melahirkan karya besar. Justru dari kampunglah lahir banyak usaha yang jujur, tulus, dan penuh daya juang.

Menyemai Harapan, Menginspirasi Banyak Orang
Untuk pelaku UMKM lain, Ibu Dita menyampaikan pesan penuh harapan, “Semoga ke depan kita bisa terus berkembang. Untuk para mentor dan tim DIVA, sehat selalu dan terus semangat mendampingi kami. Jangan menyerah, karena dari kampung pun kita bisa punya usaha yang hebat.”

Cerita Diva Lainnya

Dari Bingung menjadi Peluang, Sprei Adem jadi Penopang
Di balik kesuksesan usaha Ida Nur Yanti, ada kisah tentang keberanian meninggalkan zona nyaman. Setelah memutuskan resign pada 2021, ia memilih jalan baru dengan merintis usaha bernama Sprei Adem. Nama ini lahir dari pengalaman sederhana, ketika banyak calon pembeli selalu bertanya, “Mbak, spreinya adem nggak?” Pertanyaan itu menjadi inspirasi sekaligus semangatnya: menghadirkan sprei yang nyaman, sejuk, dan berkualitas agar tidur menjadi lebih menyenangkan.
Baca selengkapnya
Empon Manggi Bu Warni
Di sudut Kampung Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, ada satu rumah yang setiap paginya selalu harum rempah. Di sanalah Ibu sederhana bernama Ibu Warni tinggal dan menjalankan usahanya. Berawal dari sakit yang dideritanya, Ibu Warni meracik jamu temulawak hingga akhirnya sembuh dan menjual jamu buatannya di pasar. Sejak itu, usahanya “Empon Manggi” semakin dikenal luas dan diminati banyak orang.
Baca selengkapnya
Langkah Kecil dari Nglinggi Menuju Mimpi yang Tak Henti
Deru mesin jahit di sebuah sudut Desa Nglinggi, Klaten, menjadi saksi perjalanan seorang perempuan bernama Rani Agung Pujiastuti. Setiap jahitan kaos yang Ia kerjakan, mimpi demi mimpi dan harapan demi harapan pun terwujud. Keputusannya untuk pulang kampung bukan akhir cerita, melainkan awal dari lembaran baru yang penuh keberanian dan semangat untuk terus belajar.
Baca selengkapnya