
Dari Bingung menjadi Peluang, Sprei Adem jadi Penopang
Di balik kesuksesan usaha Ida Nur Yanti, ada kisah tentang keberanian meninggalkan zona nyaman. Setelah memutuskan resign pada 2021, ia memilih jalan baru dengan merintis usaha bernama Sprei Adem. Nama ini lahir dari pengalaman sederhana, ketika banyak calon pembeli selalu bertanya, “Mbak, spreinya adem nggak?” Pertanyaan itu menjadi inspirasi sekaligus semangatnya: menghadirkan sprei yang nyaman, sejuk, dan berkualitas agar tidur menjadi lebih menyenangkan.
Lahir Sebuah Harapan Baru Untuk Usaha yang Lebih Maju
Kisah inspiratif ini bermula dari Bu Ida yang sedang dilema selepas resign di kantor lamanya. Ia ingin tetap berkegiatan dan memiliki penghasilan, meski kini fokusnya mengurus keluarga. Terlintas ide untuk memulai usaha sprei, karena menurutnya, “Kalau baju itu kan butuh pola-pola, tapi kalau sprei lebih mudah,” ujarnya.
Dari pengamatan sederhana saat berjalan-jalan di mall, muncul keyakinan bahwa membuat sprei bisa menjadi jalan baru baginya. Tapi usaha ini bukan hanya soal mencari penghasilan, tetapi ada misi mulia di baliknya yakni memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di lingkungan tempat tinggalnya. Bu Ida memilih bahan-bahan terbaik seperti katun Jepang dan katun Tencel yang terkenal adem dan lembut. Melalui Sprei Adem, Bu Ida tak hanya menjual produk, tapi juga kenyamanan dan ketenangan tidur bagi pelanggannya.

Bertumbuh Bersama DIVA, Ciptakan Hasil yang Nyata
Sebelum bergabung pelatihan DIVA UMKM, Bu Ida mengaku usahanya masih berjalan seadanya. Penjualan hanya melalui WhatsApp dan dikenalkan dari mulut ke mulut. Manajemen pun belum tertata, dan ia belum memahami pentingnya pencatatan dan pemasaran digital.
Namun semuanya berubah setelah bergabung dalam pelatihan DIVA UMKM. Ia belajar banyak hal, mulai dari pembukuan, perhitungan HPP, hingga teknik foto produk yang benar. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika menyadari bahwa pencahayaan dalam foto sangat berpengaruh terhadap tampilan produk. Modul pembukuan juga sangat berdampak dalam menata keuangan usahanya. Ia mulai menerapkan copywriting untuk membuat status yang menarik, serta memanfaatkan WhatsApp Bisnis dan Shopee untuk memperluas jangkauan penjualan. Karena ia berharap usahanya dapat menembus pasar digital.

Langkah Kecil, Pesan Besar Bu Ida
“Tetap semangat. Kalau jatuh, bangkit lagi. Perbaiki usaha kita sedikit demi sedikit. Jangan berhenti, harus terus bergerak, nanti akan ketemu jalannya.” Perjalanan Ida Nur Yanti membuktikan bahwa dari kebingungan bisa lahir kekuatan baru. Lewat Sprei Adem, ia tak hanya menopang keluarga, tapi juga membuka ruang bagi perempuan di sekitarnya untuk ikut berdaya. Bersama DIVA UMKM, ia tumbuh lebih tangguh, lebih percaya diri, dan kini menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Cerita Diva Lainnya

Rempeyek Ayu Sokka, Cemilan dari Pendem yang Kini Dilirik Banyak Orang
Ibu muda Ayu Sokka mulai dikenal dengan rempeyeknya. Di usia 31 tahun, ia tak hanya dikenal sebagai warga setempat, tapi juga sebagai peracik rempeyek yang khas dan menggugah selera. Nama “Ayu Sokka” tak hanya mewakili dirinya, tetapi juga melekat sebagai identitas produk yang ia rintis dari dapur rumahnya sendiri. Beragam varian rempeyek ia hadirkan mulai dari kacang tanah, kacang ijo, kacang tolo, rebon, kedelai, hingga teri. Semuanya digoreng renyah dengan cita rasa rumahan.
Baca selengkapnya
Dari Penjual Kosmetik Berlanjut Meniti Usaha Keripik
Dari Mojogedang, Karanganyar, Ibu Dita mulai dikenal di masyarakat berkat keripik gatot yang khas. Seorang ibu yang tak hanya cekatan sebagai pebisnis, tapi juga sebagai seorang ibu. "Marvel" adalah merek keripik yang diambil dari nama anaknya, harapannya agar nama tersebut terus melekat di hati banyak orang. Awalnya, Ibu Dita adalah penjual kosmetik sejak tahun 2012. Namun pada 2024, ia mulai merintis usaha keripik berbahan dasar gatot, singkong fermentasi khas Jawa, yang gurih dan khas.
Baca selengkapnya
Berawal Menjadi Ibu Rumah Tangga, Kini Menjadi Pengusaha
Setiap usaha berawal dari mimpi, dan setiap nama menyimpan doa. Beltsa Modeste lahir dari cinta seorang Ibu yang dirangkai dari nama dua buah hati tercinta: Belva dan Sabita. Nama ini bukan sekadar identitas usaha, namun ada harapan dibaliknya. Dengan harapan, usaha ini bisa seberuntung anak-anaknya yang memiliki banyak teman, ramai, dan selalu membawa keberkahan. Itulah filosofi dibalik usaha rintisan ibu Endang Dwi Sudarmi yang sudah berjalan sejak tahun 1998.
Baca selengkapnya